aceh besar

http://acehtanohlonsayang.blogspot.com/2012/06/aceh-besar.html.

sabang

http://acehtanohlonsayang.blogspot.com/2012/06/sabang.html.

budaya aceh

http://acehtanohlonsayang.blogspot.com/2012/01/aceh-besar-culture.html.

tanoh lon sayang

http://acehtanohlonsayang.blogspot.com/2012/01/aceh-lon-sayang.html

souvenir

piyohdesign.blogspot.com/

Jumat, 08 Juni 2012

aceh besar


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
alhamdulillah berkat rahmat dan hidayahnya "LON"mean"SAYA" dapat menjelaskan sedikit informasi yang bisa ku sampaikan...tentang kabupaten kelahiranku...

ACEH BESAR
logo pemerintahan
    Pada waktu Aceh masih sebagai sebuah kerajaan, yang dimaksud dengan Aceh atau Kerajaan Aceh adalah wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar ditambah dengan beberapa kenegerian/daerah yang telah menjadi bagian dari Kabupaten Pidie. Selain itu, juga termasuk Pulau Weh(sekarang telah menjadi kota Sabang), sebagian wilayah pemerintah kota Banda Aceh, dan beberapa kenegerian/daerah dari wilayah Kabupaten Aceh Barat. Aceh Besar dalam istilah Aceh disebut Aceh Rayeuk.
    Penyebutan Aceh Rayeuk sebagai Aceh yang sebenarnya karena daerah inilah yang pada mulanya menjadiinti Kerajaan Aceh dan juga karena di situlah terletak ibukota kerjaaan yang bernama Bandar Aceh atau Bandar Aceh Darussalam.Untuk nama Aceh Rayeuk ada juga yang menamakan dengan sebutan Aceh Lhee
Sagoe (Aceh Tiga Segi).
   Saat ini Aceh Besar merupakan sebuah kabupaten yang terletak di ujung barat daya Provinsi Aceh, dengan ibukotanya Kota Jantho. Kabupaten ini merupakan titik awal dari Banda Aceh menuju daerah Aceh dan Sumatera lainnya.Sebelum dimekarkan di akhir tahun 70-an, ibukota Aceh Besar adalah kota Banda Aceh, kemudian kota Banda Aceh berpisah menjadi kotamadya sehingga ibukota Aceh Besar pindah ke daerah Jantho di pegunungan seulawah.Kabupaten ini secara geografis terletak pada posisi 5,2º - 5,8º LU sampai 95,0º - 95,8º BT dengan batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara dengan Selat Malaka dan Kota Banda Aceh
- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Jaya
- Sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie
- Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia
Kabupaten Aceh Besar memiliki luas wilayah ± 2.974,12 km² yang terdiri dari 23 Kecamatan, 4 Kelurahan,
68 Mukim dan 600 Desa.
Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Aceh Besar :
http://bpmkotabandaaceh.files.wordpress.com/2010/08/aceh-besar_kab.jpg?w=640
peta aceh besar
1. Baitussalam
2. Kota Jantho
3. Kuta Cot Glie
4. Kuta Baro
5. Krueng Barona Jaya
6. Ingin Jaya
7. Indrapuri
8. Darussalam
9. Darul Kamal
10. Darul Imarah
11. Kuta Malaka
12. Lembah Seulawah
13. Lho’Nga
http://bankdata.dishubkomintel.acehprov.go.id/wp-content/uploads/2010/01/udara.jpg
bandara di aceh
14. Leupung
15. Lhoong
16. Mesjid Raya
17. Montasik
18. Peukan Bada
19. Pulo Aceh
20. Seulimum
21. Simpang Tiga
22. Blang Bintang
23. Suka Makmur

PROFIL KABUPATEN ACEH BESAR
Provinsi : Aceh
Ibukota : Jantho
Luas : ± 2.947,12 km2
Dasar hukum : UU Nomor 7 Tahun 1956
Tanggal - Hari jadi : 3 Mei 1984
Koordinat : 5,2º - 5,8º LU sampai 95,0º - 95,8º BT
Kecamatan : 23
Desa/kelurahan : 600/4
Kode area telepon : 0651
Suku : Aceh, Jawa, Melayu, Padang, Cina
Bahasa : Aceh, Indonesia
Agama : Islam
Situs web resmi : http://www.acehbesar.go.id/
SARANA TRANPORTASI :
Bandara : Bandar Internasional Sultan Iskandar Muda
Pelabuhan : Malahayati di Krueng Raya dan Pelabuhan Ulee Lheue
https://encrypted-tbn0.google.com/images?q=tbn:ANd9GcS4a3A06yIeS6olL0gWI6AnS5VzO2tZ6iNq0FNum_OB40qxAmpU
pantai lampuuk
SARANA WISATA :
1. Pantai Lampuuk
2. Pantai Lhok’nga
3. Pantai Ujong Batee
4. Pantai Ulee Lheue
5. Pulo Aceh
6. Museum Cut Nyak Dhien
7. Perpustakaan Kuno Tanoh Abee
8. Cagar Alam Jantho
9. Perumahan Bantuan Tiongkok (China)
10. Benteng Indra Patra
11. Mesjid Kuno Indrapuri

Sumber:
Diolah dari berbagai sumber oleh Seksi Bank Data, Bidang Manajemen Database, Pelayanan Media dan Informasi,
Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Telematika Aceh.
Lambang Peta

sabang

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
alhamdulillah berkat rahmat dan hidayahnya "LON"mean"SAYA" dapat menjelaskan sedikit informasi yang bisa ku dapatkan dan kusampaikan...untuk kepentingan khalayak umum.. 
KOTA SABANG

    Kota Sabang berada di pulau Weh dan merupakan ibu kotanya. Pulau ini terletak di ujung pulau Sumatra dan merupakan zona ekonomi bebas dan daerah Indonesia yang terletak paling barat. Sejak lama Sabang terkenal dengan titik 0 nya yaitu bagian paling barat dari wilayah Indonesia.
   Sejak didirikannya Sabang Maatschappij pada tahun 1895 Pelabuhan Sabang mempunyai arti penting pada zaman Belanda, karena dari pelabuhan itulah kapal-kapal Besar belanda mengangkut rempah-rempah dari Bumi Nusantara untuk dijual ke Eropa.
   Kota Sabang sebelum perang dunia ke II adalah kota pelabuhan terpenting dibandingkan Temasek (sekarang Singapura), Kota Sabang terdiri dari 2 bagian yaitu Kota Atas dan Kota Bawah.

SEKILAS KOTA SABANG
   Kota Sabang letaknya berada di Pulau Weh merupakan bagian dari Daerah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Pulau Weh dikenal dengan slogan: Point Of Zero Kilometer Republic Indonesia (Titik Nol
Kilometer Indonesia), ditandai dengan didirikan monumen untuk menandai dimulainya perhitungan jarak dan
luas teritorial Negara Republik Indonesia. Profil Pulau Weh (Kota Sabang) secara umum terletak diantara 05` 46` 28` dan 05` 54` 28` lintang utara dan 95` 13` 02` s/d 95` 22` 28` bujur Timur di ujung paling Barat Wilayah Republik Indonesia. Pulau Weh berada pada ketinggian rata-rata 28 meter di atas permukaan laut, berbatas dengan:
  • Sebelah Utara : Kota Madya B. Aceh dan aceh Besar
  • Barat : Kecamatan Pulau Aceh
  • Selatan : Samudera Indonesia
  • Timur : Selat Malaka
   Pulau Weh memiliki beberapa pulau di sekitarnya diantaranya; Pulau Rubiah, Klah, Seulako dan Pulau Rondo.
Penduduk Sabang jumlahnya 28,703 jiwa, terdiri atas berbagai etnik suku, agama dan bangsa, termasuk Cina dan India.
Untuk mencapai ke Kota Sabang satu-satunya cara bagi wisatawan adalah dengan menyeberangi lautan
dari pelabuhan Krueng Raya atau pelabuhan Ulee le di Banda Aceh dengan menggunakan kapal ferry yang akan menyeberang ke pelabuhan Balohan Sabang, jarak tempuhnya kurang lebih 2 jam. Dari pelabuhan Balohan pilih minibus atau taxi untuk menuju kota Sabang atau ketempat wisata yang dituju. Jarak tempuh dengan menggunakan busmini dari kota Sabang menuju ke kawasan wisata Iboih ( Pulau Rubiah) kurang lebih 45 menit.
   Kota Sabang dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan sarana umum yang memadai (hotel, restoran, rumah
sakit, apotek, sarana komunikasi-warpostel, sarana transportasi, Kantor Polisi, Pompa Bensin, Mesjid, Gereja, Bank, Money Changer, Toserba).
  Kota Sabang sebagai ODTW Bahari memiliki tempat-tempat wisata bawah laut dengan beragam jenis binatang dan tumbuhan laut yang ada di dalamnya, antara lain: Pantai Iboih di lokasi Pulau Rubiah (dikenal juga dengan taman lautnya), Batee Dua Gapang, Batee Meuroron, Arus Balee, Seulako’s Drift, Batee Tokong, Shark Plateau, Pantee Ideu, Batee Gla, Pantee Aneuk Seuke, Pantee Peunateung, Lhong Angen, Pantee Gua, Limbo Gapang, Batee Meuduro dll.

MENUJU SABANG
   Sabang memang jauh, tetapi begitu mudah untuk mencapainya. Satu-satunya cara untuk menuju ke Pulau weh adalah lewat Banda Aceh, ibukota provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, mempunyai penerbangan langsung dari Penang dan Kuala Lumpur di Malaysia dan dari Medan, juga beberapa kota besar di Indonesia.
Melalui jalan darat, banyak bus modern non stop dari kota Medan, akan melalui banyak tempat, seperti lewat jalur barat dan pantai utara atau dataran tinggi Aceh dan Taman Gunung Leuser.
   Dari Banda Aceh pilih minibus/labi-labi yang menuju Pelabuhan Krueng Raya di mana ada ferry yang akan
menyeberang ke pelabuhan Balohan di Pulau Weh dua kali sehari. Atau menggunakan kapal cepat Km Pulo
Rondo/ Km Baruna Duta dari pelabuhan ulee lheu ke pelabuhan Balohan Dari Balohan pilih minibus atau taxi
untuk menuju kota Sabang, kemudian naik mini bus ke wisata yang terkenal di sana.

AKOMODASI

   Iboih memiliki lebih dari 50 bungalow dan 6 restoran yang dapat dipilih. Kebanyakan bungalow yang ada
adalah yang sederhana tetapi nyaman. Ada yang mempunyai kamar mandi ada juga yang tidak. Para pengunjung tidak akan mengalami kesulitan dalam mencari makanan, baik makanan lokal maupun eropa, semua bisa didapat dari restoran maupun warung nasi.
   Gapang memiliki lebih dari 30 bungalow dan 4 restoran. Beberapa ada yang begitu mewah dan mahal, tetapi ada juga yang sederhana tetapi nyaman. Ada yang memiliki kamar mandi, AC dan TV, tapi ada juga yang tidak memiliki kamar mandi sama sekali. Banyak pilihan makanan yang dapat dipilih dari restoran dan kedai nasi yang ada. Pantai Lhueng Angen mempunyai 10 bungalow dan 1 restoran, sederhana tetapi nyaman. Makanan eropa bisa didapat dari restoran yang dekat dengan bungalow.




SEJARAH SABANG

   Sekitar tahun 301 sebelum Masehi, seorang Ahli bumi Yunani, Ptolomacus berlayar ke arah timur dan berlabuh di sebuah pulau tak terkenal di mulut selat Malaka, pulah Weh! Kemudian dia menyebut dan memperkenalkan pulau tersebut sebagai Pulau Emas di peta para pelaut.
Era Perdagangan
   Pada abad ke 12, Sinbad mengadakan pelayaran dari Sohar, Oman, jauh mengarungi melalui rute Maldives,Pulau Kalkit (India), Sri Langka, Andaman, Nias, Weh, Penang, dan Canton (China). Sinbad berlabuh di pulau Weh dan menamainya Pulau Emas.
   Pedagang Arab yang berlayar sampai ke pulau Web menamakannya Shabag yang berarti Gunung meletus.
Mungkin dari sinilah kata Sabang berasal, dari Shabag. Dari sumber lain dikatakan bahwa nama pulau Weh
berasal dari bahasa Aceh yang berarti terpisah. Pulau ini pernah dipakai oleh Sultan Aceh untuk mengasingkan orang-orang buangan.
  Yang paling penting bagi sejarah Weh adalah sejak adanya pelabuhan di Sabang. Sekitar tahun 1900, Sabang adalah sebuah desa nelayan dengan pelabuhan dan iklim yang baik. Kemudian belanda membangun depot batubara di sana, pelabuhan diperdalam, mendayagunakan dataran, sehingga tempat yang bisa menampung 25.000 ton batubara telah terbangun. Kapal Uap, kapal laut yang digerakkan oleh batubara, dari banyak negara,singgah untuk mengambil batubara, air segar dan fasilitas-fasilitas yang ada lainnya.
   Sebelum Perang Dunia II, pelabuhan Sabang sangat penting dibanding Singapura. Di saat Kapal laut   bertenaga diesel digunakan, maka Singapura menjadi lebih dibutuhkan, dan Sabang pun mulai dilupakan.
Pada tahun 1970, pemerintahan Republik Indonesia merencanakan untuk mengembangkan Sabang di berbagai aspek, termasuk perikanan, industri, perdagangan dan lainnya. Pelabuhan Sabang sendiri akhirnya menjadi pelabuhan bebas dan menjadi salah satu pelabuhan terpenting di Indonesia. Tetapi akhirnya ditutup pada tahun 1986.

Taman Laut Rubiah
   Pulau Rubiah merupakan salah satu daerah wisata bahari yang berada di Pulau Weh-Kota Sabang. Pulau ini dahulunya merupakan asrama bagi para jama`ah haji yang akan berangkat ke Mekkah. Namun saat ini, Pulau Rubiah dijadikan sebagai objek daerah tujuan wisata yakni kawasan taman laut atau lebih di kenal dengan sebuatan Taman Laut Rubiah (Sea Garden Of Rubiah) yang luasnya 2.600 ha, lokasi berada di desa Iboih kecamatan Suka Karya dengan luas daratan 50 ha. Jaraknya sekitar 29 km disebelah Barat Kota Sabang atau sekitar 7 km, apabila ditempuh dengan transportasi laut. Sebelah Barat Pulau Rubiah dengan jarak tempuh 350m terdapat daerah wisata pantai Iboih yang luasnya 1.300 ha dan 3 km sebelah Barat Laut terdapat lokasi Tugu Kilometer Nol, sebelah Utara pulau ini berbatasan langsung dengan samudera Hindia.
   Sedangkan sebelah Timur berbatasan dengan daerah wisata pantai Gapang. Untuk mencapai daerah Pulau Rubiah yang ada di kawasan pantai Iboih, dapat dicapai dengan minibus dengan jarak tempuh sekitar 45 menit dari kota Sabang, biaya memasuki wilayah ini Rp. 5.000, per-orang .
   Pulau Rubiah tidak berpenghuni, namun pulau ini ditumbuhi oleh beberapa jenis tumbuhan, salah satunya yakni pohon kelapa dan dihuni oleh beberapa jenis hewan seperti monyet, ular, burung, serangga dan kadal. Pulau Rubiah juga memiliki pantai yang berpasir putih dan dari Pulau ini dapat melihat dengan jelas kapal-kapal besar yang melintas serta suasana tenggelamnya matahari (Sunset).

Pulau Weh
Kabupaten Aceh Besar-Nanggroe Aceh Darussalam
Posisi Geografis : 5°55'0" LU 95°0'29" BT
Luas : 153 km²
Jumlah Penduduk : 250.000
   Pulau Weh terletak di kawasan paling barat di Indonesia. Terletak di sebelah utara pantai barat provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Taman laut di pulau ini memiliki terumbu karang yang mengelilingi pulau kecil bernama Rubiah. Taman rekreasi Iboih terletak di pantai barat pulau Weh.

Taman tersebut memiliki hutan pantai dan hutan tropis dataran rendah. Di daerah Ukong Murong
(daerah sekitar Iboih), terdapat sebuah gunung berapi kecil, air terjun dan gua yang dihuni oleh
burung, kelelawar dan ular.
   Kota Sabang terletak di pulau ini. Di pulau ini juga terdapat tugu kilometer nol sebagai tanda kilometer
nol sebagai hasil pengukuran dari Badang Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Tugu ini
terletak di ujung barat pulau Weh dan diresmikan Wakil Presiden Try Sutrisno pada tanggal 9
September 1997. Posisi tugu berada di atas bukit yang tubirnya berada persis di tepi laut, 29 km dari
pusat kota Sabang. Atau tepatnya, tugu itu berada di desa Iboih, kecamatan Sukakarya Ujung Ba'u.
Dari titik kilometer nol ini, kita bisa langsung melihat ke laut lepas. Dapat dilihat juga tiga buah pulau
kecil yang sebelum tsunami merupakan satu kesatuan.

Pesona Alam P. Weh   TWA Pulau Weh ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
928/Kpts/Um/12/1982 tanggal 27 Desember 1982 seluas ± 1.300 Ha.
Secara geografis TWA Pulau Weh terletak pada 0552’ Lintang Utara dan 9552’ Bujur Timur. Secara
administratif termasuk Kecamatan Sukakarya, Kotamadya Sabang, Propinsi D.I. Aceh dan dari segi
pengelolaan hutannya termasuk Resort Konservasi Sumber Daya Alam Iboih dan masuk pada Sub
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Propinsi D.I. Aceh.
Potensi sumber daya alam
a. Topografi
   Keadaan topografi TWA Pulau Weh pada umumnya bergelombang, berbukit-bukit sedang sampai
curam dan di sepanjang pantai penuh dengan batu-batuan. Menurut hasil pengukuran Stasiun
Meteorologi Sabang, Kotamadya Sabang, curah hujan yang tercatat rata-rata 1.745-2.232 mm/tahun,
dengan angka terendah pada bulan Maret sebesar 18 mm dan angka tertinggi pada bulan September
sebesar 276 mm. Pada bulan September dan Oktober terjadi peralihan dari musim kemarau ke musim
penghujan.
   Data hasil inventarisasi menunjukkan bahwa sepanjang jalan menuju ujung Bau banyak ditemukan
permudaan dari pohon Tampu, Mentaling, Ara, Gelumpang dan lain-lain. Mendekati ujung Ba’u
banyak ditemukan pohon-pohon besar antara lain pohon Beringin, Asam kandis, Damar laut, Bungo,
Kenari, Ketapang dan lain-lain. Sedangkan vegetasi bawah didominasi oleh jeruk hutan yang berduri
dan jenis rotan.
b. Fauna
   Jenis satwa yang ada antara lain Kera, Babi hutan, Ular sawah, Ular sendok, dan berbagai jenis burung
seperti Sri gunting, Celemeh, Alap-alap, Punai, But-but, Bayan tiung yang sering terdengar suaranya,
serta burung Dara nikobar yang pada musim-musim tertentu melakukan migrasi ke Pulau Weh.
Potensi wisata alam.Di samping pemandangan alamnya yang indah serta kekayaan sumber daya alamnya yang beragam, di dalam kawasan Taman Wisata Alam Pulau Weh terdapat Tugu Kilometer Nol yang terletak di penghujung Pulau Weh, juga terdapat peninggalan perang dunia ke II yaitu berupa gua-gua alam bekas pertahanan tentara Jepang tersusun, serta Pulau Weh juga merupakan pulau legenda di mana di dalam buku-buku tua disebut sebagai "Golden Island".
sabang tempo dulu
   Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan Beberapa kegiatan wisata yang dapat dilakukan antara lain : lintas alam, menikmati panorama alam pantai,berkemah dan kegiatan wisata tirta seperti memancing dan menikmati panorama matahari terbenam.

Wilayah administrasi Kota Sabang,
  Secara geografis, terletak di antara 95° 13' 02" dan 95° 22' 36" Bujur Timur, dan 05° 46' 28" dan 05° 54' 28" Lintang Utara. Dari segi geografis Indonesia, wilayah Kota Sabang merupakan wilayah administratif paling barat, dan berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Malaysia,Thailand dan India.
  Wilayah Kota Sabang dikelilingi oleh Selat Malaka di Utara, Samudera Hindia di Selatan, Selat Malaka di
Timur dan Samudera Hindia di Barat.
Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station oleh pemerintah kolonial Belanda
sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, Firma Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan
menambah, membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan. Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah vrij haven dan dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang selanjutnya dikenal dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang Dunia II ikut mempengaruhi kondisi Sabang dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan Jepang, kemudian dibombardir pesawat Sekutu dan mengalami kerusakan fisik hingga kemudian terpaksa ditutup.
  Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat Pertahanan Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50. Semua aset Pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk pemerintahan Kotapraja Sabang berdasarkan UU No 10/1965 dan dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas.
  Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya UU No 3/1970 tentang Perdagangan Bebas Sabang dan UU No 4/1970 tentang ditetapkannya Sabang sebagai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Dan atas alasan pembukaan Pulau Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Sabang terpaksa dimatikan berdasarkan UU No 10/1985. Kemudian pada tahun 1993 dibentuk Kerja Sama Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan Asia Selatan.
Pada tahun 1997 di Pantai Gapang, Sabang, berlangsung Jambore Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang diprakarsai BPPT dengan fokus kajian ingin mengembangkan kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota Sabang dan Kecamatan Pulo Aceh dijadikan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang bersama-sama KAPET lainnya.diresmikan oleh Presiden BJ Habibie dengan Keppes No. 171 tanggal 28 September 1998.
   Era baru untuk Sabang, ketika pada tahun 2000 terjadi Pencanangan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan.Bebas dan Pelabuhan Bebas oleh Presiden KH. Abdurrahman Wahid di Sabang dengan diterbitkannya Inpres No. 2 tahun 2000 pada tanggal 22 Januari 2000. Dan kemudian diterbitkannya Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 2000 tanggal 1 September 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang.
   Aktifitas Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang pada tahun 2002 mulai berdenyut dengan masuknya barang-barang dari luar negeri ke Kawasan Sabang. Tetapi pada tahun 2004 aktifitas ini terhenti karena Aceh ditetapkan sebagai Daerah Darurat Militer.
Sabang juga mengalami Gempa dan Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, namun karena palung-palung di Teluk Sabang yang sangat dalam mengakibatkan Sabang selamat dari tsunami. Sehingga kemudian Sabang dijadikan sebagai tempat transit Udara dan Laut yang membawa bantuan untuk korban tsunami di daratan Aceh.
   Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias menetapkan Sabang sebagai tempat transit untuk
pengiriman material kontruksi dan lainnya yang akan dipergunakan di daratan Aceh.
Wilayah Kota Sabang terbagi menjadi dua buah kecamatan yaitu Sukakarya dan Sukajaya. Kecamatan Sukajaya terdiri dari 10 kelurahan, yaitu Paya, Keuneukai, Beurawang, Jaboi, Balohan, Cot Abeuk, Cot Ba u, Anoi Itam, Ujong Kareung, dan Ie Meulee.Sedangkan di Kecamatan Sukakarya terdapat 8 kelurahan, yaitu Iboih, Batee Shok, Paya Seunara, Krueng Raya, Aneuk Laot, Kota Bawah Timur, Kota Bawah Barat, dan Kota Atas

KONDISI FISIK- TOPOGRAFI – GEOLOGI DAN IKLIM FLORA DAN FAUNA
   Seperti halnya di Sumatera, hutan di Pulau Weh sebagai daerah tropis ditumbuhi oleh tiga jenis pohon-pohonan sebagai hutan belantara yang padat. Pohon yang dominan terdiri dari batang kayu yang relatif kecil dan rimbun.
  Di bawah pohon-pohon ini tumbuh semak belukar, terdiri dari tumbuh-tumbuhan yang berbatang lampai dan berbagai jenis pohon menjalar.
Data hasil inventarisasi menunjukkan bahwa sepanjang jalan menuju ujung Ba’U banyak ditemukan permudaan dari pohon Tampu, Mentaling, Ara, Gelumpang dan lain-lain. Mendekati ujung Ba’u banyak ditemukan pohon-pohon besar antara lain pohon Beringin, Asam kandis, Damar laut, Bungo, Kenari, Ketapang dan lain-lain.
  Sedangkan vegetasi bawah didominasi oleh jeruk hutan yang berduri dan jenis rotan.
Tumbuhan yang dibudidayakan yang paling dominan adalah kelapa, cengkeh dan sudah mulai dikembangkan
kamiri dan coklat (cacao).
  Fauna di pulau ini menunjukkan contoh evolusi pembentukan suatu daerah "zooglografis" tersendiri walaupun pada umunya kehidupan binatang di pulau ini mempunyai pola yang sama dengan kehidupan di pulau induknya,Sumatera.
  Jenis satwa yang ada antara lain Kera (Macacus), Babi hutan (Sus vittasus, Ular sawah, Ular sendok, dan
berbagai jenis burung seperti Sri gunting, Celemeh, Alap-alap, Punai, But-but, Bayan tiung yang sering
terdengar suaranya, serta burung Dara nikobar yang pada musim-musim tertentu melakukan migrasi ke Pulau Weh.
  Marina fauna di sekitar Pulau Weh terdiri dari banyak spesies ikan bertulang dan bertulang rawan yang cukup menarik bagi penyelidikan Zoologis. Di dalam karang yang membentuk taman laut yang sangat indah, di kedalaman 8-10 meter terdapat ikan kecil aneka warna yang merupakan representasi marina tropis yang amat mengagumkan, terutama di taman laut Pulau Rubiah. Perpaduan antara keindahan dan kejernihan air dengan berjenis-jenis bunga karang, ahinoderma, malussca, arthopoda dan ikan kecil dengan beragam jenis bunga karangdan biota laut lainnya yang beraneka warna.

KEPENDUDUKAN
   Kota Sabang terdiri dari dua buah Kecamatan mempunyai jumlah penduduk 26.505 jiwa, yang terdiri dari
13.579 Laki-laki dan 12.926 Perempuan. Pada kecamatan Sukajaya terdapat 12.348 jiwa, yang terdiri dari 6.385 Laki-laki dan 5.963 Perempuan. Sedangkan pada kecamatan Sukakarya terdapat 7.194 Laki-laki dan 6.963 Perempuan, sehingga total penduduk pada kecamatan ini 14.157 jiwa. (BPS, 2003)
Sosial Ekonomi
  Di wilayah Kota Sabang, terdapat beberapa kelompok etnis dimana antara satu dan yang lainnya tidak jauh berbeda baik dalam kehidupan maupun dalam berbahasa. Pola hidup pada umumnya memiliki kesamaan dengan pola hidup masyarakat Aceh di daratan.
Penduduk di wilayah ini pada umumnya bermata pencaharian dalam bidang Pertanian dan Perikanan. Kemudian diikuti dengan Buruh, Perdagangan, Jasa, Angkutan, Pegawai, dan lainnya.

INFRASTRUKTUR
   Infrastruktur utama yang ada di Kota Sabang saat ini adalah infrastruktur perhubungan darat yang berupa jalan. Jaringan jalan darat pada umumnya telah dapat menjangkau semua wilayah pemukiman di Kota Sabang dan daerah-daerah obyek wisata baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
   Saat ini Kota Sabang memiliki dua buah pelabuhan yaitu Pelabuhan Samudra (alam) di teluk Sabang dan
Pelabuhan Ferry di teluk Balohan. Pelabuhan Samudra saat ini digunakan sebagai sarana Pelabuhan Bebas
Sabang yang dapat dirapati oleh kapal-kapal besar dari berbagai negara.
   Pelabuhan Ferry Balohan menghubungkan Pulau Weh dengan Aceh daratan dimana ada dua macam moda
angkutan yaitu Kapal Ferry yang melakukan penyeberangan satu kali sehari ke Pelabuhan Malahayati, dan
   Kapal Cepat yang melakukan penyeberangan dua kali sehari ke Pelabuhan Uleleu.
Di Kota Sabang juga terdapat lapangan terbang, yang bernama Maimun Saleh, dimana pada masa normal
mempunyai jadwal penerbangan dua kali seminggu ke Banda Aceh.


Sumber dasar:
http://www.unhabitat-indonesia.org/files/rep-598.pdf
https://encrypted-tbn1.google.com/images?q=tbn:ANd9GcQfZ-HudK0bn0br8_veQX2-Eev_OaAcRPLC2875bP337B_AqzkC
https://encrypted-tbn0.google.com/images?q=tbn:ANd9GcRBW67jWoWPrNlhr7LgV-6S1pDrPS6UzacT8C7JRTSNOFuALJS-TQ
 dan juga dari berbagai sumber...

Sabtu, 28 Januari 2012

aceh besar culture


KEBUDAYAAN NUSANTARA
A.  Kebudayaan Masyarakat Aceh (Regional Aceh Besar)


1.     Peralatan dan perlengkapan
a). Alat-alat prduktif.
Pertanian:

*Langa/langai ini adalah sejenis alat yang dipakai untuk membajak sawah, gurramenggemburkan tanah agar mudah dapat ditanami. Langa, biasanya ditarik oleh
sapi atau kerbau (lihat gambar )


  * Chreueh bila tanah sawah sudah selesai dibajak dengan langa (dua sampai tiga kali),berikutnya dilakukan penaburan padi. Dan agar tanah yang telah dibajak tadi menjadi rata.serta juga halus serta juga supaya padi yang telah ditabur itu menjadirata pada seluruh tanah yang dibajak, maka untuk ini digunakan suatu alat yang dalam bahasa Aceh disebut chreueh.










*Sadeuep adalah alat untuk memotong padi. bila padi sudah tiba saatnya
untuk dipotong.


*Jeungkit juga merupakan alat pengolahan hasil, yaitu sebagai alat penumbuk padi secara tradisional di Aceh. Dan terdapat hampir di semua petani. Alat ini sebenarnya lebih tepat bila disebut sebagai alat "prosesing", karena memproses padi menjadi beras.


b). Senjata.
Berburu:
*Tumbak adalah senjata yang merupai tombak pada umumnya,namuntumba` atjeh ada yang berukuran kecil dan besar, uniknya pada saat tombak menancap mata tombaknya akan lepas dan terikat denagn tali.
Menghalau musuh:
Berdasarkan penggunaannya senjata-senjata tradisional (traditional weapon) yang terdapat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dapat dikatagorikan menjadi 3 (tiga).Pertama senjata yang berfungsi untuk menyerang, kedua senjata untuk membela diri dan ketiga senjata yang bergerak sendiri.

*Peudeung atau Pedang digunakan sebagai senjata untuk menyerang.Jika rencong digunakan untuk menikam,maka pedang digunakan beriringan dengan itu,yaitu sebagai senjata untuk mentetak atau mencincang.Berdasarkan daerah asal pedang (100cm) di Aceh dikenal beberapa macam pedang yaitu peudeung Habsyah (dari Negara Abbesinia),Peudeung Poertugis (dari Eropa Barat),Peudeung Turki berasal dari raja-raja Turki.Ada satu pedang yang sering di ceritakan dan disebut-sebut orang tua di Aceh yaitu Peudeung Zulpaka yang mengandung kekuatan magis tinggi karena berasal dari Saidina Ali Radhiallahu’anhu


c). Wadah.
*kulah(arab),berbentuk persegi dan berada di depan rumah aceh.
*peudeuna adalah guci yang terdapat kekuatan magic yang bisa berjalan sendiri.
*leusoeng tempat untuk menumbuk.

d). Makanan dan Minuman.
-          Kue;
*Kue Boi adalah penganan khas Aceh Besar yang dikenal luas oleh masyarakat Aceh. Bentuk kue ini sangat bervariasi, seperti; bentuk ikan, bintang, bunga, dll


*Timphan adalah kue/hidangan khas Aceh disaat lebaran/hari raya baik hari raya Idul fitri maupun Idul Adha, Timphan ini dibuat 1 atau 2 hari sebelum lebaran dan daya tahannya bisa mencapai lebih kurang seminngu,Timphan adalah menu hidangan utama buat tamu yang berkunjung kerumah saat lebaran.(“Uroe goet buluen goet Timphan ma peugoet beumeuteme rasa” ( Hari baik bulan baik Timphan ibu buat harus dapat kurasakan).
      *Kue Karah adalah sejenis penganan yang cukup populer dikalangan masyarakat Aceh terbuat dari tepung beras, berbentuk segitiga --sering juga berbentuk lipat dua.Masyarakat Aceh menjadikan kue ini juga sebagai bagian dari adat dan upacara-upacara tradisional, khususnya di Aceh Barat, pada upacara pernikahan dan juga acara-acara kematian.                                                                                                     
-          Masakan;
*Kuah pliek U ialah Sajian dari daerah Nanggroe Aceh Darussalam sarat dengan bumbu dan rempah pekat. Pada umumnya cita rasa sajiannya mirip cita rasa dari dapur India,
masam keueng, sie reuboeh,dll
-        






  Minuman;
*kupi aceh,










*nicah aceh original di parut bukan di cincang(groeh U, boh keumukoeh,meulisam,asam jawa,buah rumbia,pisang beuh banyak bijinya,pepaya hutan yang blum matang)

e). Pakaian dan Perhiaan.
*Kopiah Meukutop adalah Topi Adat tradisional Aceh, biasanya digunakan sebagai pelengkap pakaian adat Aceh yang dikenakan oleh pria.Kopiah MeukutopTerbuat dari kain songket Aceh dan pernak-pernik khas Aceh.
*Keureusang, atau ada yang menyebutnya keurongsang, keurosang/ bros, merupakan perhiasan sepanjang 10 cm dan lebar 7,5 cm. Keureusang biasanya disematkan pada baju wanita. Bentuknya seperti hati yang dihiasi dengan permata, intan, dan emas sejumlah 102 buah.Keureusang ini biasanya disematkan pada baju daerah di bagian dada sebagai pengganti peniti (penyemat).Karena kemewahannya, biasanya perhiasan ini hanya dipakai oleh orang-orang tertentu atau dalam acara adat tertentu.
*Patam Dhoe, yaitu salah satu perhiasan yang biasanya diletakkan di dahi wanita. Bentuknya seperti mahkota, terbuat dari emas atau perak yang disepuh emas. Terbagi tiga bagian yang satu sama lainnya dihubungkan dengan engsel. Di bagian depan tertulis kalaigrafi Arab dengan tulisan Allah dan bagian tengahnya terdapat tulisan Muhammad. Motif ini disebut motif Bungoeng Kalimah.
*Peuniti, perhiasan terbuat dari emas yang bermotif Pinto Aceh. Pinto Aceh dibuat dengan ukiran piligran yang dijalin dengan benuk pakis dan bunga.Pada bagian tengah terdapat motif boheungkot (bulatan kecil seperti telur ikan).Peniti dipakai sebagai perhiasan wanita sekaigus pentemat baju.

f). Tempat Berlindung dan Perumahan.

*Rangkang adalah suatu bangunan kecil yang dibangun oleh petani di sawah dalam rangka pemeliharaan padi. Bahan untuk membuatnya yaitu dari kayu.pelepah rumbia dan daun rumbia (sebagai atap),

Rangkang yaitu sebagai tempat untuk menjaga padiyang sudah berbuah agar tidak dimakan oleh binatang/burung pipit. Maka oleh karenanyarangkang ini biasanya dibangun pada saat padi sudah berbuah. Selain itujuga rangkang ini juga berguna sebagai tempat berteduh para petani jika turun ke sawah.

*Keupok adalah tempat penyimpanan gabah yang berasal dari sawah atau ladang, yang ditempatkan di luar rumah. Biasanya ditempatkan di samping atau di bawah rumah,
*Rumoh Aceh
      Terdapat 16 tameh, 8 tameh panjang di tengah,aneuk rinyeung, seramoe keu dan likot dan keunaleung yaitu batu yang membatsi antara tameh dengan tanah.

g). Alat-alat transportasi
- Geurubak ialah transportasi yang di tarik oleh lembu/kerbau dan beroda dua
- Jaloe kayoeh ialah transportasi yang dipakai di laut.

2.     Sistem Mata Pencarian Hidup

a). Berburu dan meramu.
      Rusa,kijang dan babi(karena mengganggu warga)

b). Berternak.
      Sapi,kerbau,kambing,domba,dll

c). Bertani.
Kabupaten Aceh Besar memiliki areal sawah 18.788 ha, ladang 19.099 ha.
Padi dalam 1 tahun sekurang-kurangnya sampai 2 kali panen.
menanam berbagai jenis tanaman keras (kelapa, pinang,karet, cengkeh, dan lain-lain), dan berbagai jenis tanaman lunak/palawija (ubi kayu,kacang-kacangan, jagung, lombok, bayam, labu, tomat, timun, terung, tebu dansebagainya), serta juga tanaman buah-buahan (pisang, nenas, jeruk, mangga, jambu,pepaya, rambutan, semangka, langsat, dan sebagainya).

d). Menangkap ikan.
        Ubee ialah perangkap ikan yang terbuat dari bambu,dan biasanya di letakkan pada sawah-sawah.
      Jeuu ialah semacam jaring, namun di lempar sehingga membentuk lingkaran.


3.      Sistem Kemasyarakatan

a)      Sistem keketrabatan
Teuku dan Cut menikah dan anaknya akan melanjutkan gelar bangsawannya, Adun, Nyakwa,Yahwa,Ma`cut,Cek,Cut le,Cut bang, Cut kak,Cut dek,Abang,Akak dll.
Abu adalah ulama besar yang di tuakan..

b)     Organisasi sosial.

1.      YAYASAN NURUL ISLAH.
NAMA DAN ALAMAT PENGURUS :
Ketua               ; Ibrahim Sjech.
Alamat             :Juli - Bireuen, Kec. Jeumpa, Kab. Aceh Utara.
Sekretaris         ;\A. Gani Abdullah.
Alamat                         :Juli - Bireuen, Kec. Jeumpa, Kab. Aceh Utara
Bendahara       :Drs. Ghazali Abdullah.
Alamat             :Juli - Bireuen, Kec. Jeumpa, Kab. Aceh Utara.
KEGIATAN DI BIDANG USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL:
Yang sudah/sedang dilaksanakan :
— Penyantunan bayi/anak terlantar di luar panti.
2.      YAYASAN PENYANTUN ISLAM BANDA ACEH.
Jalan Seulawah No. 407/C Banda Aceh.
TANGGAL DIDIRIKAN : 21 Mei 1951.
DASAR PENDIRIAN :
Akte Notaris Nomor 14 tanggal 21 Mei 1984.
AD. / ART. :
AD.tanggal 21 Mei 1984.
NAMA DAN ALAMAT PENGURUS .
Ketua               ;Tengku A. Zairi Bakri.
Alamat             ;Lembung jalan Ulele.Telp. 21950
Sekretaris         ;Ibrahimsyah Fanshury.
Alamat             ;Jl. Lempenerut/Jl. Jend. Sudirman
            No. 10 Ketepang dua Banda Aceh.
Bendahara       ;M. Dahlan Loebis.
Alamat             ;Jl. Krung Tripa Geuce Banda Aceh
Telp. 23003.





c)      Bahasa
·         1.1 Bahasa Aceh
·         1.2 Bahasa Gayo
·         1.3 Bahasa Alas
·         1.4 Bahasa Tamiang
·         1.5 Bahasa Aneuk Jamee
·         1.6 Bahasa Kluet
·         1.7 Bahasa Singkil
·         1.8 Bahasa Haloban
·         1.9 Bahasa Simeulue


d)     Kesenian.
*Arbab( Go Arab)
Instrumen ini terdiri dari 2 bagian yaitu Arbabnya sendiri (instrumen induknya) dan penggeseknya (stryk stock) dalam bahasa daerah disebut : Go Arab. Instrumen ini memakai bahan : tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai.

*Serune Kalee (Serunai)

Serune Kalee merupakan isntrumen tradisional Aceh yang telah lama berkembang dan dihayati oleh masyarakat Aceh. Musik ini populer di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan Aceh Barat.Biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian, penyambutan tamu kehormatan.Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga.Bentuk menyerupai seruling bambu.Warna dasarnya hitam yang fungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh.
*Rapai.
Rapai terbuat dari bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang.Bentuknya seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda.Sejenis instrumen musik pukul (percussi) yang berfungsi pengiring kesenian tradisional.
Rapai ini banyak jenisnya : Rapai Pasee (Rapai gantung), Rapai Daboih, Rapai Geurimpheng (rapai macam), Rapai Pulot dan Rapai Anak.

Sabtu, 21 Januari 2012

lagu aceh lon sayang


nanggroe aceh darussalam










Aceh Lon Sayang (My Beloved Aceh) Lyric


Daerah Aceh, tanoh lon sayang
(The land of Aceh, my beloved home land)
nibak tempat nyan, lon udep matee
(The land where I live and die)
Tanoh keuneubak, indatu moyang
(The land of ancestor and forefathers' legacy)
lampoh deungon blang, luah bukoen lee
(The land of vast area of fields)
Tanoh keuneubak, indatu moyang
(The land of ancestor and forefathers' legacy)
lampoh deungon blang, luah bukoen lee
(The land of vast area of fields)    

Keureuja udep, na so peutimang
(while we live, the matters of life arranged)
na so peuseunang, keureuja matee
(when death comes, grief finds consolations)

Hatee nyang susah, lon rasa seunang
(sadness intwines with gladness)
aceh lon sayang, sampo'an matee
(I love Aceh till the day I die)
Hatee nyang susah, lon rasa seunang
(sadness intwines with gladness)
aceh lon sayang, sampo'an matee
(I love Aceh till the day I die)